اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya kutip dan tempelkan ulasan-ulasan ini untuk tatapan diri saya dan kita bersama. Baik suami atau isteri masing-masing punya tanggung-jawabnya. Suami adalah pemimpin kepada keluarga yang menakhodai bahtera rumah-tangganya. Jika kepimpinannya tidak dilayar dengan betul maka bahtera tersebut mungkin karam, bercerai-berai atau tidak bahagia.
Bukan juga tanggung-jawab tersebut diletakkan di bahu suami semata-mata tetapi kedua-dua suami isteri memikul tugas mengikut kemampuan diri untuk mencapai redha Allah Taala.
Bahagia tidak akan dapat dikecap, jika tidak ada sepakat. Pernikahan tidak juga untuk kenikmatan dunia semata-mata. Akhirat perlu diambil kira sebagai keutamaan.
Jelasnya sekalipun tanggung-jawab itu diibaratkan berat kepada pihak suami, namun kerukunan rumah-tangga perlu dididik dengan memahami nilai-nilai kekeluargaan dengan sebenar-benarnya. Ia perlu diteroka dengan menggunakan sudut yang luas antara manusia dengan manusia disamping mentaati syari'at Allah Taala. Antara suami dan isteri perlu mempunyai kepahaman yang jelas tentang ini.
Zahir yang wajar dijaga.
Batin yang dipenuhi iman bagi melaksanakan amanah dengan sempurna.
Bagi saya, perkahwinan itu persahabatan yang sangat dikasihi Allah. Persahabatan yang telus yang tidak ada dalam mana-mana organisasi atau sosial hidup. Hanya melalui rumah- tangga yang penuh dengan mawaddah, rahmah dan sakinah maka persahabatan yang terjalin di antara sesama keluarga menjadi sangat indah.
Jelasnya sekalipun tanggung-jawab itu diibaratkan berat kepada pihak suami, namun kerukunan rumah-tangga perlu dididik dengan memahami nilai-nilai kekeluargaan dengan sebenar-benarnya. Ia perlu diteroka dengan menggunakan sudut yang luas antara manusia dengan manusia disamping mentaati syari'at Allah Taala. Antara suami dan isteri perlu mempunyai kepahaman yang jelas tentang ini.
Zahir yang wajar dijaga.
Batin yang dipenuhi iman bagi melaksanakan amanah dengan sempurna.
Bagi saya, perkahwinan itu persahabatan yang sangat dikasihi Allah. Persahabatan yang telus yang tidak ada dalam mana-mana organisasi atau sosial hidup. Hanya melalui rumah- tangga yang penuh dengan mawaddah, rahmah dan sakinah maka persahabatan yang terjalin di antara sesama keluarga menjadi sangat indah.
Allah Taala berfirman, yang ertinya:
“Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya.” (An Nisa 19)
“Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya.” (An Nisa 19)
Dan Allah berfirman lagi:
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya.”
(Al Baqarah : 228)
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya.”
(Al Baqarah : 228)
Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda pada waktu haji wada (perpisahan) setelah baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya serta menasihati para hadirin yang ertinya :
‘Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sendirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
‘Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sendirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dinmu Kemudian kewajiban isteri isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengizinkan masuk ke rumahmu orang yang kamu benci.
Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Rasulullah SAW bersabda yang ertinya :
“Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus memberi makan kepadanya jika ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian dan tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga tidak boleh meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri membangkang).”
(Riwayat Abu Daud)
“Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus memberi makan kepadanya jika ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian dan tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga tidak boleh meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri membangkang).”
(Riwayat Abu Daud)
Nabi SAW bersabda yang bermaksud:
“Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengat mas kawin sedikit atau banyak sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kernudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina.”
“Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengat mas kawin sedikit atau banyak sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kernudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina.”
Nabi SAW bersabda yang bermaksud
“Sesungguhnya yang termasuk golongan mukmin yang paling sempuma imannya ialah mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam mempergauli keluarganya (isteri anak-anak dan kaum kerabatnya)."
“Sesungguhnya yang termasuk golongan mukmin yang paling sempuma imannya ialah mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam mempergauli keluarganya (isteri anak-anak dan kaum kerabatnya)."
Nabi SAW bersabda yang bermaksud :
“Orang-orang yang terbaik dari kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dan kamu sekalian dalam mempergauli keluargaku.”
(Riwayat lbnu Asakir)
“Orang-orang yang terbaik dari kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dan kamu sekalian dalam mempergauli keluargaku.”
(Riwayat lbnu Asakir)
Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud:
“Barang siapa yang sabar alas budi pekerti isterinya yang buruk, maka Allah memberinya pahala sama dengan pahala yang diberikan kepada Nabi Ayub a.s kerana sabar atas ujian-Nya.”
Dugaan ke alas Nabi Ayub ada empat hal:
Habis harta bendanya.
Meninggal dunia semua anaknya.
Hancur badannya.
Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya bernama Rahmah
Habis harta bendanya.
Meninggal dunia semua anaknya.
Hancur badannya.
Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya bernama Rahmah
Dan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun.
Al Habib Abdullah Al Haddad berkata:
“Seorang lelaki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang lelaki yang kurang ialah dia yang bersifat sebaliknya.”
“Seorang lelaki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang lelaki yang kurang ialah dia yang bersifat sebaliknya.”
Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi memaafkan jika isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan solat atau puasa dan lain-lain, itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika isterinya tidak menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi bersikap acuh tak acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti solat, puasa dan lain-lain, dia seorang suami yang kurang.
Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (mengingatkannya dengan nada yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan mengarahkannya ke jalan yang baik dan mengajamya hukum-hukum agama yang perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid dan ibadah-ibadah yang wajib atau yang sunat.
Allah Taala berfirman yang bermaksud:
‘Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api Neraka.”
(At Tahnm : 6)
Ibnu Abbas berkata:
“Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka.”
“Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka.”
Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda: "Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam mengurusi ahli keluarganya la bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya. Seorang lelaki itu adalah pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, la bertanggung jawab atas peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap kamu harus bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (Muttallaq ‘alaih).
Nabi SAW bersabda yang bermaksud: ‘Takutlah kepada Allah dalam memimpin isteri-isterimu , kerana sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada disampingmu, barangsiapa tidak memerintahkan solat kepada isterinya dan tidak mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Allah Taala berfirman yang ertinya :
“Perintahkanlah keluargamu agar melakukan solat.” (Thaha:132)’
Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang ertinya : “Tidak ada seseorang yang menjumpai Allah Swt dengan membawa dosa yang lebih besar daripada seorang suami yang tidak sanggup mendidik keluarganya.”
Semoga kita beroleh rahmat Allah serta diberikan hidayah untuk memahami segala ilmu-Nya.
Allahumma Solli'ala Saiyyidina Muhammad. Ameen.